Notification

×

Iklan

Iklan

Hukum Wudhu Menggunakan Air Kotor Tercemar Limbah

Thursday, August 1, 2024 | August 01, 2024 WIB
Hukum Wudhu Menggunakan Air Kotor Tercemar Limbah



Langgam Pos - Kebiasaan membuang sampah dan limbah ke sungai sering membuat airnya menjadi kotor. Air yang keruh dan bau tentu tidak ideal untuk berbagai keperluan, apalagi untuk wudhu. Lalu, bagaimana hukum wudhu dengan air yang terkena limbah?

Menurut kitab fikih, ada beberapa jenis air yang dianggap sah digunakan untuk wudhu, seperti yang dijelaskan oleh Qadhi Abu Suja’ dalam kitab Matan Abi Suja’. Berikut tujuh jenis air yang termasuk dalam kategori ini:

1. Air hujan
2. Air laut
3. Air sungai
4. Air sumur
5. Air mata air
6. Air salju
7. Air hasil hujan es


Qadhi Abu Suja’ menyatakan dalam kitabnya:

المياه التي يجوز التطهير بها سبع مياه: ماء السماء، وماء البحر، وماء النهر، وماء البئر، وماء العين، وماء الثلج، وماء البرد

Artinya: “Air yang dapat digunakan untuk bersuci ada tujuh macam, yakni air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air mata air, air salju, dan air dari hasil hujan es,” seperti yang dikutip dari laman resmi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI).

Air-air tersebut disebut sebagai air mutlak selama tetap pada sifat asli penciptaannya. Jika sifatnya berubah, maka air tersebut tidak lagi disebut air mutlak dan penggunaannya pun tidak lagi sah.

Boleh Digunakan Asal…


Namun, seseorang masih diperbolehkan bersuci dengan air yang terkena limbah, selama limbah tersebut tidak mengubah warna, rasa, atau bau air.

Jika limbah atau benda najis larut dalam air dan mengubah warna, bau, atau rasa air, maka air tersebut tidak dapat digunakan untuk bersuci. Imam Syafi’i dalam kitab Al-Umm menjelaskan:

وَإِذَا وَقَعَ فِي الْمَاءِ شَيْءٌ حَلَالٌ فَغَيَّرَ لَهُ رِيحًا أَوْ طَعْمًا، وَلَمْ يَكُنْ الْمَاءُ مُسْتَهْلَكًا فِيهِ فَلَا بَأْسَ أَنْ يَتَوَضَّأَ بِهِ وَذَلِكَ أَنْ يَقَعَ فِيهِ الْبَانُ أَوْ الْقَطْرَانُ فَيَظْهَرُ رِيحُهُ أَوْ مَا أَشْبَهَهُ. وَإِنْ أَخَذَ مَاءً فَشِيبَ بِهِ لَبَنٌ أَوْ سَوِيقٌ أَوْ عَسَلٌ فَصَارَ الْمَاءُ مُسْتَهْلَكًا فِيهِ لَمْ يُتَوَضَّأْ بِهِ؛ لِأَنَّ الْمَاءَ مُسْتَهْلَكٌ فِيهِ إنَّمَا يُقَالُ لِهَذَا مَاءُ سَوِيقٍ وَلَبَنٍ وَعَسَلٍ مَشُوبٌ

Artinya: “Jika ada air kemasukan benda halal yang mengubah bau atau rasa, dan benda tersebut tidak larut bersama air, maka wudhu menggunakan air tersebut sah. Namun, jika air dicampur dengan susu, tepung, atau madu sehingga larut, maka wudhu tidak sah.”

Kesimpulan

Seseorang tetap diperbolehkan bersuci dengan air yang terkena limbah, asalkan limbah tersebut tidak mengubah warna, rasa, atau bau air. Jika limbah tersebut larut dan mengubah sifat air, maka air tidak lagi dapat digunakan untuk bersuci.


(*)













Tags: wudhu dengan air berbau, hukum wuduh, buya yahya al bahjah, video terbaru buya yahya, ustadz abdul somad, sahnya wudhu, ustadz somad, wudhu, buya yahya
close