Notification

×

Iklan

Iklan

Memahami 'Angin Duduk': Apa Itu dan Bagaimana Cara Menanganinya?

Thursday, August 15, 2024 | August 15, 2024 WIB
Memahami 'Angin Duduk': Apa Itu dan Bagaimana Cara Menanganinya?


Langgam Pos - Di kalangan masyarakat awam, istilah "angin duduk" sering kali digunakan untuk menggambarkan kondisi nyeri dada yang dirasakan secara tiba-tiba. Banyak orang yang mencoba mengatasi keluhan ini dengan cara-cara rumahan, seperti mengoleskan minyak kayu putih. 

Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan angin duduk dalam dunia medis? Artikel ini akan menjelaskan kondisi ini secara mendalam, serta memberikan panduan tentang cara mendiagnosis dan menangani masalah kesehatan ini dengan benar.

Apa Itu Angin Duduk?

Istilah 'angin duduk' adalah sebutan awam untuk kondisi medis yang dikenal sebagai angina pectoris. Menurut Dr. Bobby Arfhan Anwar, SpJP (K), seorang dokter spesialis jantung, angina pectoris adalah keluhan nyeri dada yang disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah jantung akibat plak aterosklerosis. Aterosklerosis adalah kondisi di mana plak yang terbuat dari lemak, kolesterol, dan zat lainnya menumpuk di dinding arteri, menghambat aliran darah yang membawa oksigen ke jantung.

Ketika pembuluh darah jantung mengalami penyempitan atau penyumbatan, jantung tidak mendapatkan pasokan darah dan oksigen yang cukup, sehingga mengakibatkan nyeri dada. Kondisi ini termasuk dalam kategori penyakit jantung koroner, yang bisa memicu berbagai komplikasi serius jika tidak ditangani dengan cepat.

Gejala Angina Pectoris

Gejala utama angina pectoris adalah nyeri dada yang biasanya terletak di sebelah kiri atau tengah dada. Nyeri ini sering kali disertai dengan gejala lainnya, seperti:

  1. Keringat dingin: Penderita mungkin merasa berkeringat dingin tanpa sebab yang jelas.
  2. Mual dan muntah: Sensasi mual dan muntah dapat terjadi bersamaan dengan nyeri dada.
  3. Perasaan tertekan di dada: Nyeri dada sering kali digambarkan seperti ditekan atau tertindih.

Nyeri dada akibat angina pectoris biasanya berlangsung dalam waktu singkat, sekitar 5 menit atau kurang. Namun, pada beberapa kasus, gejala ini dapat berlangsung lebih lama dan terasa semakin berat dari waktu ke waktu. Jika nyeri dada bertahan lebih dari 20 menit, segera cari pertolongan medis di IGD rumah sakit terdekat.

Penyebab dan Risiko Angina Pectoris

Angina pectoris umumnya terjadi ketika jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya, seperti saat melakukan aktivitas fisik berat. Penyempitan arteri jantung, yang sering disebabkan oleh plak aterosklerosis, membuat aliran darah ke jantung terganggu. Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya angina pectoris antara lain:

  1. Kolesterol tinggi: Kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) yang tinggi dapat mempercepat pembentukan plak di arteri.
  2. Hipertensi (tekanan darah tinggi): Tekanan darah yang tinggi dapat merusak dinding arteri dan memperburuk aterosklerosis.
  3. Diabetes: Kondisi diabetes dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
  4. Merokok: Merokok dapat merusak dinding arteri dan meningkatkan risiko aterosklerosis.
  5. Riwayat keluarga: Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung dapat meningkatkan risiko terjadinya angina pectoris.

Cara Mendiagnosis Angina Pectoris

Diagnosis angina pectoris memerlukan serangkaian pemeriksaan medis untuk memastikan penyebab nyeri dada dan menilai kondisi jantung. Berikut adalah beberapa tes yang dapat digunakan untuk mendiagnosis angina pectoris:

  • Elektrokardiogram (EKG): Tes ini mengukur aktivitas listrik jantung dan dapat menunjukkan apakah jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak normal.
  • Rontgen Dada: Rontgen dada membantu memvisualisasikan kondisi jantung dan paru-paru, serta dapat menunjukkan apakah ada masalah yang menyebabkan nyeri dada.
  • Tes Darah: Tes darah digunakan untuk mendeteksi enzim jantung yang muncul dalam aliran darah ketika otot jantung mengalami kerusakan, seperti pada serangan jantung.
  • Tes Stres: Pada tes ini, jantung dipantau saat bekerja lebih keras, misalnya dengan berolahraga di treadmill. Tes ini membantu mengidentifikasi bagaimana jantung berfungsi saat stres.
  • Ekokardiogram: Tes ini menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar jantung yang bergerak. Gambar ini dapat menunjukkan bagaimana darah mengalir melalui jantung.
  • Tes Stres Nuklir: Tes ini mirip dengan tes stres, tetapi menggunakan pelacak radioaktif untuk mengukur aliran darah ke otot jantung saat istirahat dan selama stres.
  • Tomografi Jantung Terkomputerisasi (CT Scan): CT scan dapat menilai ukuran jantung dan melihat apakah arteri jantung menyempit.
  • Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI): Tes ini menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar detail dari struktur jantung dan pembuluh darah.
  • Angiografi Koroner: Prosedur ini menggunakan pencitraan sinar-X untuk memeriksa bagian dalam pembuluh darah jantung dan mengidentifikasi sumbatan atau penyempitan.

Penanganan dan Perawatan Angina Pectoris

Perawatan angina pectoris tergantung pada tingkat keparahan dan frekuensi gejala. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi angina pectoris meliputi:

  1. Perubahan Gaya Hidup: Mengadopsi pola makan sehat, berhenti merokok, dan rutin berolahraga dapat membantu mengurangi risiko angina pectoris.
  2. Obat-obatan: Dokter mungkin meresepkan obat-obatan untuk membantu melebarkan arteri, mengurangi tekanan darah, dan menurunkan kadar kolesterol.
  3. Prosedur Medis: Dalam kasus yang lebih serius, prosedur medis seperti angioplasti atau pemasangan stent dapat dilakukan untuk membuka arteri yang tersumbat.

Kesimpulan

Angin duduk atau angina pectoris adalah kondisi medis yang perlu mendapatkan perhatian serius. Meskipun sering kali dianggap remeh, gejala nyeri dada yang disebabkan oleh angina pectoris dapat menjadi tanda adanya masalah jantung yang lebih serius. Penting untuk memahami gejala, melakukan pemeriksaan medis secara rutin, dan menerapkan perubahan gaya hidup sehat untuk mencegah komplikasi. Jika Anda mengalami nyeri dada yang persisten atau berat, segera cari pertolongan medis untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.


(*)




Source: 1  2
close