Advertisement
Langgam Pos - Bulan Safar, bulan kedua dalam kalender Hijriyah, sering dikenal sebagai bulan yang sunyi atau sepi. Nama "Safar" sendiri berasal dari kata Arab yang berarti 'sepi' atau 'kosong', mencerminkan keadaan masyarakat Arab pada masa lalu yang rumah-rumahnya kosong karena banyak orang pergi berperang atau bepergian.
Menurut Ibnu Katsir, bulan ini dinamakan demikian karena rumah-rumah mereka kosong saat mereka pergi untuk berperang dan bepergian. Selain itu, Safar juga sering dikaitkan dengan cuaca berangin karena bulan ini adalah salah satu bulan dengan angin yang paling kencang sepanjang tahun.
Namun, ada anggapan yang keliru bahwa Safar adalah bulan yang membawa kesialan, dan beberapa orang menghindari menikah atau mengadakan acara penting pada bulan ini. Rasulullah Saw menolak keyakinan tersebut dalam sabdanya:
"Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula tanda kesialan, tidak (pula) burung (tanda kesialan), dan juga tidak ada (kesialan) pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit judzam sebagaimana engkau menghindar dari singa." (HR. Bukhari).
Penyakit judzam, dalam istilah medis dikenal sebagai kusta, adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Kusta mempengaruhi kulit, saraf, dan jaringan di bawah kulit, dan dapat menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh yang terinfeksi jika tidak diobati.
Meskipun ada anggapan yang salah mengenai bulan Safar, bulan ini memiliki berbagai peristiwa bersejarah yang signifikan dalam Islam. Berikut adalah lima peristiwa penting yang terjadi pada bulan Safar:
1. Pernikahan Rasulullah Saw dengan Siti Khadijah
Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada bulan Safar adalah pernikahan Rasulullah Saw dengan Siti Khadijah binti Khuwalid. Menurut Sirah Nawabiyah oleh Syeikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, pernikahan ini terjadi pada bulan Safar dan merupakan momen bersejarah yang mematahkan mitos tentang bulan ini sebagai bulan sial.
2. Pernikahan Fatimah Az-Zahra dengan Ali bin Abi Thalib
Pada bulan Safar, Rasulullah Saw juga menikahkan putrinya, Fatimah binti Muhammad, dengan Ali bin Abi Thalib. Pernikahan ini menjadi salah satu peristiwa bersejarah yang menandai pentingnya keluarga Rasulullah dalam perkembangan awal Islam.
3. Perang Al-Abwa
Perang Al-Abwa terjadi pada bulan Safar tahun 12 Hijriah dan merupakan pertempuran pertama yang melibatkan pasukan Muslim di bawah kepemimpinan Rasulullah Saw. Pertempuran ini bertujuan untuk menaklukkan kafilah Quraisy, meskipun tidak berhasil. Dalam peristiwa ini, Rasulullah Saw memberikan pesan kepada pemimpin Bani Dhamrah agar tidak saling berperang dan tidak membantu lawan.
4. Tragedi Ar-Raji’
Tragedi Ar-Raji’ terjadi pada bulan Safar dan melibatkan pengkhianatan dari dua kabilah Bani ‘Afdhal dan al-Qaaroh di suatu tempat bernama Ar Raji’. Peristiwa ini menandai salah satu ujian berat bagi kaum Muslimin pada masa awal perkembangan Islam.
5. Tragedi Bi’ir Ma’munah
Beberapa waktu setelah tragedi Ar-Raji’, tepatnya pada bulan Safar tahun 4 Hijriah, terjadi tragedi Bi’ir Ma’munah. Peristiwa ini melibatkan peperangan antara Amir dan sekutunya dengan utusan Rasulullah Saw, yang berakhir tragis dengan terbunuhnya seluruh utusan kecuali Ka’ab bin Zaid an-Najjar yang mengalami luka-luka.
Amalan Sunah di Bulan Safar
Dalam panduan buku "12 Bulan Mulia, Amalan Sepanjang Tahun" karya Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, tidak ada amalan sunah khusus yang dianjurkan selama bulan Safar. Rasulullah Saw dan para sahabat tidak mengkhususkan amalan tertentu pada bulan ini, termasuk puasa atau mandi Safar. Islam mengajarkan bahwa seluruh waktu adalah ciptaan Allah dan tidak ada waktu yang dianggap sial.
Rasulullah Saw juga menegaskan bahwa dalam Islam tidak dikenal konsep bulan sial. Sabda beliau:
"Tidak ada thiyarah (merasa sial dengan sebab adanya burung tertentu atau hewan-hewan tertentu), tidak ada hamah (merasa sial dengan adanya burung gagak), dan tidak ada pula merasa sial pada bulan Safar." (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk menghindari keyakinan yang tidak berdasar dan mengikuti petunjuk Rasulullah Saw dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Bulan Safar, seperti bulan-bulan lainnya, adalah waktu untuk memperbaiki diri, meningkatkan ibadah, dan memperkuat iman kita.
Dalam panduan buku "12 Bulan Mulia, Amalan Sepanjang Tahun" karya Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, tidak ada amalan sunah khusus yang dianjurkan selama bulan Safar. Rasulullah Saw dan para sahabat tidak mengkhususkan amalan tertentu pada bulan ini, termasuk puasa atau mandi Safar. Islam mengajarkan bahwa seluruh waktu adalah ciptaan Allah dan tidak ada waktu yang dianggap sial.
Rasulullah Saw juga menegaskan bahwa dalam Islam tidak dikenal konsep bulan sial. Sabda beliau:
"Tidak ada thiyarah (merasa sial dengan sebab adanya burung tertentu atau hewan-hewan tertentu), tidak ada hamah (merasa sial dengan adanya burung gagak), dan tidak ada pula merasa sial pada bulan Safar." (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk menghindari keyakinan yang tidak berdasar dan mengikuti petunjuk Rasulullah Saw dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Bulan Safar, seperti bulan-bulan lainnya, adalah waktu untuk memperbaiki diri, meningkatkan ibadah, dan memperkuat iman kita.
(*)