pilkada

Iklan

Sunday, September 29, 2024, September 29, 2024 WIB
Last Updated 2024-09-29T12:27:42Z
Education

Asal Usul Nama Lubang Buaya dan Alasan Lokasi Ini Dipilih Sebagai Tempat Pembuangan Korban G30S

Read To
Advertisement
Asal Usul Nama Lubang Buaya dan Alasan Lokasi Ini Dipilih Sebagai Tempat Pembuangan Korban G30S



Langgampos.com - Lubang Buaya dikenal sebagai lokasi pembuangan jenazah para jenderal yang menjadi korban dari Gerakan 30 September (G30S). Pada malam 30 September 1965, para jenderal yang terbunuh dalam peristiwa itu dimasukkan ke dalam sebuah sumur di sana. Saat ini, di lokasi tersebut berdiri Monumen Pancasila Sakti, sebuah kompleks yang didirikan untuk mengenang peristiwa G30S dan menghargai jasa para Pahlawan Revolusi.

Namun, mengapa tempat itu diberi nama Lubang Buaya, dan bagaimana tempat itu menjadi lokasi eksekusi tujuh jenderal dalam tragedi tersebut?

Asal Usul Nama Lubang Buaya


Lubang Buaya adalah nama kelurahan tempat sumur yang menjadi lokasi pembuangan jenazah para jenderal ditemukan. Para korban adalah Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen M.T Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo, dan satu perwira, Lettu Pierre A. Tendean. Sumur sedalam 12 meter yang menjadi tempat pembuangan jenazah mereka dikenal sebagai "Sumur Maut."

Terdapat dua versi cerita mengenai asal-usul nama Lubang Buaya


Versi Pertama: Cerita Rakyat


Menurut Serma Muhammad Soleh, petugas di Monumen Pancasila Sakti, nama Lubang Buaya berasal dari cerita rakyat setempat. Dikisahkan bahwa ada seorang ulama sakti bernama Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah yang hidup pada masa penjajahan Belanda. Menurut masyarakat, Datuk Banjir pernah menaiki rakit di Kali Sunter menuju Jakarta pada abad ketujuh.

Dalam perjalanannya, rakit yang ia naiki hampir tersedot ke dalam sebuah lubang di Kali Sunter, namun ia selamat dari insiden tersebut. Masyarakat meyakini bahwa kejadian itu disebabkan oleh sosok siluman buaya putih bernama Pangeran Gagak Jakalumayung, yang memiliki anak bernama Mpok Nok, seekor buaya buntung. Setelah berhasil mengalahkan kedua makhluk itu, Datuk Banjir memberikan nama Lubang Buaya untuk daerah tersebut .

Versi Kedua: Penelitian Arkeologi


Versi lain menyebutkan bahwa nama Lubang Buaya berasal dari sebutan untuk sungai atau lubang yang berbahaya karena arusnya yang deras. Sebuah penelitian arkeologi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta pada tahun 1986 menemukan adanya sebuah lubang besar di daerah tersebut yang konon menjadi habitat buaya . Meskipun demikian, lubang yang dimaksud sudah tidak lagi menjadi tempat tinggal buaya saat ini .

Selain itu, daerah Lubang Buaya pada masa awal kemerdekaan dikenal sebagai wilayah bekas hutan karet yang sepi dan hanya memiliki 13 rumah penduduk. Ada juga sumur tua yang kemudian menjadi lokasi penemuan jenazah para Pahlawan Revolusi. Tiga rumah di daerah ini kini diabadikan dalam kompleks Monumen Pancasila Sakti sebagai bagian dari sejarah penting peristiwa G30S .

Mengapa Lubang Buaya Dipilih Sebagai Lokasi Eksekusi?


Menurut sumber dari Kompas.com (29 Maret 2023), Lubang Buaya menjadi lokasi eksekusi para Pahlawan Revolusi karena tempat ini merupakan basis dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Wilayah ini juga termasuk dalam yurisdiksi kelompok tersebut . Mayor Udara Sujono, Komandan Resimen Keamanan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, memberikan izin kepada PKI untuk menggunakan Lubang Buaya sebagai markas mereka.

Pada 12 Agustus 1965, Kepala Biro Chusus PKI, Sjam Kamaruzaman, mulai membangun komando di Lubang Buaya untuk menculik para perwira TNI Angkatan Darat .

Jenazah para jenderal akhirnya ditemukan pada 1 Oktober 1965 setelah seorang polisi bernama Sukitman berhasil melarikan diri dari penculikan dan melaporkan kejadian tersebut. Jenazah para korban ditemukan tertumpuk di dalam sumur tua yang ditimbuni dedaunan, sampah, dan batang pisang . Proses pengangkatan jenazah dimulai pada 3 Oktober 1965, namun baru selesai sepenuhnya pada 4 Oktober. Pada 5 Oktober 1965, jenazah keenam jenderal dan satu perwira TNI AD tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

(*)
online shop
online shop