Notification

×

Iklan

Iklan

Kominfo Ajukan Anggaran Rp10 Miliar untuk Kampanye Makanan Bergizi: Fokus pada Anak dan Daerah Tertinggal

Tuesday, September 10, 2024 | September 10, 2024 WIB
Kominfo Ajukan Anggaran Rp10 Miliar untuk Kampanye Makanan Bergizi: Fokus pada Anak dan Daerah Tertinggal



Langgampos.com - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui Menteri Budi Arie Setiadi mengajukan tambahan anggaran sebesar Rp10 miliar untuk kampanye sosialisasi program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi anak-anak, terutama di daerah-daerah tertinggal.

"Kami ingin membantu kampanye makanan bergizi, agar masyarakat lebih paham pentingnya program ini untuk anak-anak kita," ujar Budi di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (10/9/2024). Menurutnya, kampanye ini sangat penting agar tidak ada kesenjangan pengetahuan tentang gizi antar wilayah di Indonesia.

Program yang menjadi unggulan dari pemerintahan terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka ini memang difokuskan untuk wilayah-wilayah tertinggal dan terluar Indonesia, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di seluruh penjuru negeri. "Program ini sangat baik, tapi agar tidak terjadi kesenjangan, kami perlu memastikan sosialisasi berjalan merata," tambah Budi.

Namun, ia menegaskan bahwa keputusan terkait besarnya anggaran untuk kampanye tersebut masih berada di tangan Badan Anggaran (Banggar) DPR. "Itu tergantung Banggar DPR. Kalau mereka setuju, Kominfo akan mendapatkan tambahan anggaran Rp10 miliar," pungkasnya.

Susu Ikan Sebagai Alternatif? Belum Ada Keputusan Resmi

Sementara itu, ide penggunaan susu ikan sebagai alternatif dalam program ini masih menjadi perdebatan. Kepala Kantor Komunikasi Presiden, Hasan Nasbi, menegaskan bahwa belum ada rencana resmi dari Badan Gizi Nasional terkait penggunaan susu ikan. "Badan Gizi Nasional terbuka dengan berbagai ide, namun belum ada skenario bernama susu ikan," katanya.

Meskipun PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) tengah mengkaji kemungkinan penggunaan susu ikan sebagai alternatif, beberapa ahli, termasuk dosen IPB Epi Taufik, meragukan kelayakan produksi massal susu ikan. "Produksi massalnya belum ada informasi, dan bisa jadi lebih mahal dari susu sapi," jelas Epi.

Dengan demikian, susu ikan mungkin bisa menjadi alternatif di masa depan, namun saat ini masih berada pada tahap uji coba dan penelitian lebih lanjut.


(*)
close