Advertisement
Langgampos.com - Musim kemarau yang panjang telah menyebabkan 65 desa di Kabupaten Sumenep mengalami kekeringan parah. Namun, hingga kini, hanya tujuh desa yang mendapatkan distribusi air bersih, menimbulkan keluhan dari warga desa yang belum terjangkau bantuan.
Menurut Ach. Laili Maulidy, Kepala Pelaksana BPBD Sumenep, distribusi air bersih belum merata karena keterbatasan armada pengangkut. "Kami hanya memiliki dua armada, sehingga pengiriman air harus dilakukan bertahap," jelas Laili pada Rabu (4/9). Ia juga menambahkan bahwa setiap armada bisa melakukan 3-4 kali pengantaran per hari, namun ini belum mencukupi untuk melayani semua desa.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah tidak semua desa terdampak kekeringan mengajukan bantuan air. Selain itu, ketersediaan alat angkut yang terbatas memaksa distribusi dilakukan secara bergiliran. Desa yang kondisinya sangat kritis, seperti Desa Prancak, Montorna, dan Kombang, mendapat prioritas distribusi air bersih setiap hari.
Desa-desa lain yang telah menerima air bersih termasuk Montorna, Prancak, Kombang, Basoka, Badur, Tengedan, dan Batuputih Daya. Namun, banyak desa yang masih harus bersabar menunggu giliran.
Anggota DPRD Sumenep, Sami’oeddin, mendesak BPBD dan pemerintah daerah untuk segera menemukan solusi agar semua desa terdampak kekeringan mendapatkan akses air bersih. "Warga terpaksa mencari air dari jarak yang jauh, sehingga bantuan pemerintah sangat dinantikan," ungkapnya.
Keluhan mengenai kekurangan air minum terus meningkat di masyarakat, dan kebutuhan akan alokasi anggaran khusus untuk penanganan krisis kekeringan ini semakin mendesak.
(*)