Advertisement
Langgampos.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meluncurkan pedoman kerja baru untuk puskesmas dalam rangka menyesuaikan diri dengan perubahan demografi, epidemiologi, serta perkembangan teknologi di Indonesia. Pedoman baru ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan primer, terutama di tengah populasi yang semakin menua dan kemajuan teknologi di bidang kesehatan.
Dalam acara peluncuran di Jakarta pada Jumat lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya revitalisasi puskesmas untuk mengikuti perubahan yang terjadi di masyarakat. Menkes mengungkapkan bahwa pedoman yang digunakan sebelumnya sudah dirancang sejak tahun 1974 dan terakhir diperbarui pada 1990-an. “Pedoman ini didesain 50 tahun yang lalu, ketika populasi Indonesia masih muda. Sekarang, populasi kita sudah menua. Karena itu, pedoman kerja puskesmas harus disesuaikan, bukan diubah sepenuhnya, tetapi disesuaikan dengan perubahan demografi dan epidemiologi,” ujar Budi.
Perubahan yang dimaksud Menkes tidak hanya mencakup demografi, tetapi juga epidemiologi. Di masa lalu, puskesmas lebih banyak melayani bayi dan balita, namun kini lebih banyak lansia yang memerlukan pelayanan kesehatan. Perubahan ini memerlukan penyesuaian program puskesmas, yang sebelumnya lebih fokus pada ibu hamil dan balita, menjadi lebih inklusif bagi para lansia.
Penyesuaian Program untuk Lansia
Budi menyoroti bahwa puskesmas selama ini lebih banyak menjalankan program yang berfokus pada balita dan ibu hamil, seperti penimbangan bayi dan pencatatan angka kematian ibu serta bayi. Namun, jumlah lansia yang datang ke puskesmas semakin meningkat, sehingga diperlukan program yang lebih relevan bagi mereka. “Sekarang lebih banyak lansia-lansia seperti saya yang datang ke puskesmas. Kita perlu program skrining untuk lansia, misalnya, jika ada yang darah tinggi, puskesmas bisa memberikan obat secara gratis. Kita juga perlu mendorong lansia untuk olahraga, supaya terhindar dari diabetes dan masalah kesehatan lainnya,” jelas Menkes.
Ia menegaskan pentingnya mengajarkan pola hidup sehat di puskesmas sebagai bagian dari pelayanan kesehatan primer. Menkes berharap dengan adanya program-program untuk lansia, angka harapan hidup masyarakat Indonesia bisa meningkat dari 72 tahun menjadi 80 tahun. Puskesmas diharapkan menjadi garda terdepan dalam mendorong masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat dan mencegah penyakit.
Kemajuan Teknologi dalam Pelayanan Kesehatan Primer
Selain menyesuaikan dengan perubahan demografi, pedoman kerja baru puskesmas ini juga merefleksikan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Salah satu contohnya adalah penggunaan alat ukur berat badan pada bayi yang sebelumnya menggunakan dacin, kini sudah beralih ke antropometri. Selain itu, dalam pemeriksaan kesehatan, penggunaan stetoskop juga mulai bergeser dengan adanya alat ultrasonografi (USG) untuk keperluan yang lebih spesifik.
“Kita harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Alat-alat yang kita gunakan di puskesmas juga harus lebih modern. Dulu pakai dacin untuk menimbang bayi, sekarang pakai antropometri yang lebih akurat. Pemeriksaan kesehatan juga tidak hanya menggunakan stetoskop, tetapi bisa menggunakan USG,” terang Menkes.
Struktur Pedoman Kerja Baru
Pedoman kerja puskesmas yang baru ini terdiri dari enam jilid, dengan lima klaster utama. Klaster pertama mencakup manajemen puskesmas, yang kedua adalah kesehatan ibu dan anak, klaster ketiga berfokus pada kesehatan dewasa dan lanjut usia, klaster keempat mencakup penanggulangan penyakit menular dan kesehatan lingkungan, dan klaster kelima adalah pedoman lintas klaster. Selain itu, terdapat juga pedoman kerja khusus untuk puskesmas pembantu (pustu).
Dengan adanya pedoman kerja baru ini, puskesmas diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Fokus pada peningkatan kualitas pelayanan, terutama bagi lansia dan pemanfaatan teknologi modern, diharapkan mampu membawa dampak positif terhadap kualitas hidup masyarakat Indonesia di masa mendatang.
(*)