Advertisement
Langgampos.com - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi kembali mendapatkan pengakuan dari pemerintah pusat atas keberhasilan dalam menghadirkan inovasi pelayanan publik. Program Siswa Asuh Sebaya (SAS) berhasil meraih penghargaan dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) di Jakarta pada Selasa, 8 Oktober 2024. Penghargaan ini menandai keberhasilan program tersebut dalam mendorong empati dan solidaritas di kalangan pelajar, serta menunjukkan komitmen pemkab dalam menciptakan inovasi yang berkelanjutan.
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Pelayanan Publik Kemenpan RB, Abdul Hakim, menekankan pentingnya keberlanjutan dalam inovasi. “Inovasi tidak hanya diciptakan, tetapi juga harus dijaga keberlangsungannya. Ke depan, kita harus berupaya untuk melembagakan inovasi ini agar praktik baiknya dapat direplikasi di daerah lain,” katanya. Pencapaian ini menunjukkan bahwa program SAS tidak hanya berhasil dipertahankan, tetapi juga terus dikembangkan.
Plt Bupati Banyuwangi, Sugirah, menyampaikan rasa syukurnya atas penghargaan yang diterima. “Alhamdulillah, inovasi Banyuwangi terus mencatatkan prestasi. Penghargaan ini menjadi pelecut bagi kami untuk terus berinovasi lebih baik ke depan,” ujarnya. Sugirah menekankan bahwa program SAS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mendorong solidaritas di antara pelajar, khususnya dalam membantu teman sebayanya dari keluarga kurang mampu.
Program SAS, yang diluncurkan pada tahun 2011, memungkinkan pelajar dari keluarga mampu untuk memberikan dana sukarela kepada teman sebayanya yang kurang beruntung. Sugirah menjelaskan, “Pengelolaannya dilakukan dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa.” Sejak diluncurkan, program ini telah berhasil mengumpulkan dana hingga Rp27,71 miliar, yang menjangkau lebih dari 250 ribu siswa.
Dana yang terkumpul digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder siswa, seperti pembelian seragam, sepatu, tas, alat tulis, hingga uang saku. Sugirah menambahkan bahwa program ini juga mencakup bantuan untuk kebutuhan pendidikan lainnya, seperti kacamata dan sepeda mini untuk mencegah keterlambatan siswa. “Tidak semua masalah pendidikan dapat ditangani pemerintah, program SAS menjadi salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan pemerintah dalam membiayai pendidikan masyarakat,” jelasnya.
Dalam perkembangannya, SAS telah bertransformasi menjadi berbagai program lainnya, seperti Sekolah Asuh Sekolah, Sekolah Asuh Stunting, Sekolah Asuh Sampah, dan Sekolah Asuh Sungai. Melalui Sekolah Asuh Sekolah, dana SAS dari sekolah-sekolah yang memiliki kelebihan akan disalurkan ke siswa kurang mampu di sekolah lain. Sekolah Asuh Stunting bertujuan untuk memberikan makanan bergizi kepada balita stunting dan ibu hamil berisiko tinggi di sekitar sekolah.
“Sejak tahun 2023, SAS juga melibatkan sekolah untuk merawat sungai dan mengelola sampah yang dihasilkan di lingkungan sekolah. Pelibatan siswa dalam kegiatan ini merupakan bentuk pendidikan lingkungan sejak dini,” jelas Sugirah.
Keberhasilan program Siswa Asuh Sebaya ini tidak hanya menjadi contoh bagi daerah lain, tetapi juga menunjukkan bagaimana inovasi pelayanan publik dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan kesejahteraan pendidikan di masyarakat.
(*)