Advertisement
Langgampos.com - Sastra adalah bagian tak terpisahkan dari peradaban manusia. Dari zaman ke zaman, ia menjadi medium untuk menyampaikan gagasan, ekspresi, hingga kritik terhadap kehidupan. Meski akrab terdengar, tidak semua orang memahami apa itu sastra secara mendalam. Artikel ini akan mengupas pengertian sastra, perkembangannya, serta bentuk-bentuknya di berbagai era.
Pengertian Sastra
Definisi Lama
Dalam pandangan tradisional, sastra dipandang sebagai medium untuk menuangkan ide atau pemikiran tentang kehidupan dan sosial dengan bahasa yang indah. Sastra ini terdiri dari tiga genre utama: puisi, prosa, dan drama.
- Puisi Lama: Berupa pantun atau syair yang memiliki aturan ketat, seperti jumlah bait dan rima.
- Prosa Lama: Biasanya menggunakan kalimat indah yang bersifat mendayu-dayu.
Definisi Baru
Di era modern, definisi sastra mengalami pergeseran. Sastra tidak lagi hanya soal keindahan kata, tetapi juga substance. Sastra modern menekankan pada kebaruan ide (something new) dan makna yang mencerahkan (*enlightenment*). Bahasa yang digunakan menjadi lebih bebas, tanpa terikat pada pola-pola tertentu.
Keindahan sastra kini terletak pada esensi cerita, bukan sekadar susunan kata. Hal ini memungkinkan karya sastra menjadi lebih luas dan inklusif dalam menyoroti berbagai persoalan manusia.
Perkembangan Sastra Berdasarkan Angkatan
Sejarah sastra Indonesia dapat dilihat melalui angkatan-angkatan tertentu yang menonjolkan sastrawan besar pada zamannya:
1. Angkatan Balai Pustaka
Era ini menjadi tonggak awal sastra modern Indonesia. Nama seperti Muhammad Yamin menjadi ikon dengan karya-karya yang kental dengan semangat kebangsaan.
2. Angkatan Pujangga Baru
Dipimpin oleh Amir Hamzah, angkatan ini menonjolkan karya-karya yang lebih individualis dan menggambarkan pergulatan batin.
3. Angkatan '45
Era pascakemerdekaan ini melahirkan sastrawan seperti Chairil Anwar, yang puisinya merepresentasikan semangat perjuangan dan kebebasan.
4. Angkatan '66
Sastra di era ini kerap menjadi alat kritik sosial. Rendra menjadi salah satu tokoh yang banyak menyuarakan isu-isu sosial melalui puisi dan dramanya.
5. Angkatan '70-an
Sutardji Calzoum Bachri menjadi pelopor dalam eksperimentasi puisi dengan gaya yang lebih bebas dan menantang norma sastra konvensional.
6. Angkatan '90-an
Sides Sudyarto D.S. muncul dengan karya-karya yang seringkali menyoroti perubahan sosial dan budaya di era globalisasi.
7. Angkatan 2000-an
Nama seperti Nenden Lilis Aisyah menjadi simbol karya sastra kontemporer dengan gaya dan tema yang semakin beragam.
Perkembangan Sastra Berdasarkan Bentuk
Sastra tidak hanya berkembang berdasarkan angkatan, tetapi juga dalam bentuk dan gaya. Setiap era membawa perubahan dalam cara sastra diciptakan dan dinikmati:
1. Sastra Lama
- Puisi Lama: Terikat pada aturan ketat, seperti satu bait harus terdiri dari empat baris dengan pola rima tertentu.
- Prosa Lama: Mengutamakan keindahan bahasa dan struktur kalimat yang puitis.
2. Sastra Baru
- Puisi Baru: Tidak lagi terikat aturan bait dan rima. Lebih bebas dalam menyampaikan pesan, tetapi masih mengedepankan keindahan kata.
- Prosa Baru: Memanfaatkan bahasa yang lebih fleksibel dan menyentuh berbagai tema, termasuk cinta dan sosial.
3. Sastra Modern
- Puisi Modern: Mulai bernuansa kritik sosial yang tajam. Keindahan lebih dilihat dari sudut pandang isi ketimbang bentuk.
- Prosa Modern: Banyak mengangkat isu-isu sosial, politik, dan cinta dengan bahasa yang lugas.
4. Sastra Kontemporer
- Puisi Kontemporer: Lebih bebas, baik dari segi bahasa maupun isi. Tema-tema yang diangkat sering kali bersifat pencerahan atau mengusung perubahan.
- Prosa Kontemporer: Menggunakan bahasa sehari-hari, bahkan terkadang bahasa gaul. Ceritanya berfokus pada substansi dan kebaruan ide, tanpa terjebak pada norma sastra klasik.
Makna Sastra dalam Kehidupan
Sastra, dalam segala bentuk dan definisinya, adalah cerminan zaman. Ia merekam perubahan budaya, sosial, dan politik dalam masyarakat. Dari puisi-puisi Chairil Anwar yang bersemangat perjuangan hingga prosa kontemporer yang mengangkat isu modern seperti feminisme dan globalisasi, sastra terus berkembang dan menyesuaikan diri.
Dengan mempelajari sastra, kita tidak hanya memahami karya itu sendiri, tetapi juga konteks sosial dan sejarah di baliknya. Sastra adalah refleksi manusia dan peradabannya, menjadikannya tak hanya sekadar hiburan, tetapi juga pelajaran hidup.
Kesimpulan
Apakah sastra itu? Sastra adalah medium yang hidup, berkembang seiring zaman, dan menjadi cerminan kehidupan manusia. Dari era sastra lama yang kental dengan aturan hingga sastra kontemporer yang bebas berekspresi, semuanya memiliki tempat dan nilai tersendiri. Dengan memahami perkembangan sastra, kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya dan warisan intelektual yang dimiliki bangsa.
Sastra di era ini kerap menjadi alat kritik sosial. Rendra menjadi salah satu tokoh yang banyak menyuarakan isu-isu sosial melalui puisi dan dramanya.
5. Angkatan '70-an
Sutardji Calzoum Bachri menjadi pelopor dalam eksperimentasi puisi dengan gaya yang lebih bebas dan menantang norma sastra konvensional.
6. Angkatan '90-an
Sides Sudyarto D.S. muncul dengan karya-karya yang seringkali menyoroti perubahan sosial dan budaya di era globalisasi.
7. Angkatan 2000-an
Nama seperti Nenden Lilis Aisyah menjadi simbol karya sastra kontemporer dengan gaya dan tema yang semakin beragam.
Perkembangan Sastra Berdasarkan Bentuk
Sastra tidak hanya berkembang berdasarkan angkatan, tetapi juga dalam bentuk dan gaya. Setiap era membawa perubahan dalam cara sastra diciptakan dan dinikmati:
1. Sastra Lama
- Puisi Lama: Terikat pada aturan ketat, seperti satu bait harus terdiri dari empat baris dengan pola rima tertentu.
- Prosa Lama: Mengutamakan keindahan bahasa dan struktur kalimat yang puitis.
2. Sastra Baru
- Puisi Baru: Tidak lagi terikat aturan bait dan rima. Lebih bebas dalam menyampaikan pesan, tetapi masih mengedepankan keindahan kata.
- Prosa Baru: Memanfaatkan bahasa yang lebih fleksibel dan menyentuh berbagai tema, termasuk cinta dan sosial.
3. Sastra Modern
- Puisi Modern: Mulai bernuansa kritik sosial yang tajam. Keindahan lebih dilihat dari sudut pandang isi ketimbang bentuk.
- Prosa Modern: Banyak mengangkat isu-isu sosial, politik, dan cinta dengan bahasa yang lugas.
4. Sastra Kontemporer
- Puisi Kontemporer: Lebih bebas, baik dari segi bahasa maupun isi. Tema-tema yang diangkat sering kali bersifat pencerahan atau mengusung perubahan.
- Prosa Kontemporer: Menggunakan bahasa sehari-hari, bahkan terkadang bahasa gaul. Ceritanya berfokus pada substansi dan kebaruan ide, tanpa terjebak pada norma sastra klasik.
Makna Sastra dalam Kehidupan
Sastra, dalam segala bentuk dan definisinya, adalah cerminan zaman. Ia merekam perubahan budaya, sosial, dan politik dalam masyarakat. Dari puisi-puisi Chairil Anwar yang bersemangat perjuangan hingga prosa kontemporer yang mengangkat isu modern seperti feminisme dan globalisasi, sastra terus berkembang dan menyesuaikan diri.
Dengan mempelajari sastra, kita tidak hanya memahami karya itu sendiri, tetapi juga konteks sosial dan sejarah di baliknya. Sastra adalah refleksi manusia dan peradabannya, menjadikannya tak hanya sekadar hiburan, tetapi juga pelajaran hidup.
Kesimpulan
Apakah sastra itu? Sastra adalah medium yang hidup, berkembang seiring zaman, dan menjadi cerminan kehidupan manusia. Dari era sastra lama yang kental dengan aturan hingga sastra kontemporer yang bebas berekspresi, semuanya memiliki tempat dan nilai tersendiri. Dengan memahami perkembangan sastra, kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya dan warisan intelektual yang dimiliki bangsa.
(*)