Advertisement
Langgampos.com - Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat arus keluar modal asing sebesar Rp 4,86 triliun dari pasar keuangan Indonesia dalam periode 28 hingga 31 Oktober 2024. Ini menandai kelanjutan dari tren keluarnya modal asing yang sudah terjadi sejak pekan sebelumnya. Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyatakan bahwa aliran modal asing keluar pekan ini lebih rendah dibandingkan periode 21-24 Oktober yang mencapai Rp 6,63 triliun.
Modal asing keluar tercatat pada instrumen surat berharga negara (SBN) dan pasar saham. Dari SBN, modal yang keluar sebesar Rp 3,95 triliun, sementara dari pasar saham terdapat jual neto senilai Rp 2,53 triliun. Namun, terdapat pula aliran modal asing masuk ke instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp 1,63 triliun, yang menunjukkan minat investor asing pada instrumen ini.
Meskipun terjadi capital outflow dalam beberapa pekan terakhir, secara keseluruhan pasar keuangan Indonesia masih mencatatkan beli neto sejak awal tahun 2024. Hingga saat ini, modal asing yang masuk terbesar adalah ke SRBI, mencapai Rp 200 triliun, diikuti oleh Rp 33,51 triliun ke pasar SBN dan Rp 39,91 triliun ke pasar saham.
Seiring dengan keluarnya modal asing dalam pekan ini, BI juga mencatat peningkatan premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor lima tahun yang naik ke level 68,69 basis poin pada 31 Oktober 2024. Selain itu, yield SBN juga mengalami peningkatan, mencapai level 6,80 persen.
Di tengah kondisi ini, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyoroti pengaruh ketidakpastian geopolitik, terutama ketegangan di Timur Tengah, sebagai salah satu faktor yang menambah risiko bagi perekonomian global. Ia menyatakan bahwa meningkatnya risiko geopolitik ini mendorong investor untuk mengalihkan dananya ke instrumen safe haven, seperti emas atau obligasi di negara maju yang lebih stabil.
Akibatnya, negara-negara emerging market seperti Indonesia mengalami aliran keluar modal karena investor mencari aset yang lebih aman. "Ini mendorong aliran modal keluar dari negara emerging dan negara berkembang, termasuk Indonesia," ujar Mahendra dalam konferensi pers pada Jumat (1/11/2024).
Capital outflow ini mencerminkan respons investor terhadap ketidakpastian global yang terus meningkat, yang akhirnya memengaruhi stabilitas pasar keuangan domestik. Bank Indonesia dan OJK tetap memonitor situasi untuk menjaga kestabilan ekonomi dalam menghadapi ketidakpastian yang tengah melanda pasar global.
(*)