Advertisement
Langgampos.com - Sumenep, sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Madura, dikenal memiliki beragam destinasi wisata yang memukau. Mulai dari wisata bahari seperti Pantai Lombang, Slopeng, Gili Labak, dan Pantai Sembilan, hingga wisata sejarah seperti Museum Keraton Sumenep dan wisata religi di Masjid Jamik Sumenep serta Asta Tinggi. Namun, sayangnya, potensi besar ini belum dikelola secara maksimal untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata.
Melansir Radar Madura (25/12/2024), target PAD sektor pariwisata Kabupaten Sumenep pada tahun 2024 hanya sebesar Rp 847 juta. Angka ini bahkan telah diturunkan dari target semula, yaitu Rp 960 juta, dengan alasan yang belum dijelaskan secara rinci oleh pemerintah setempat. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudporapar) Sumenep saat ini hanya mengelola tiga objek wisata secara langsung, yakni Pantai Lombang, Pantai Slopeng, dan Museum Keraton Sumenep. Sebanyak 23 objek wisata lainnya berada dalam skema pengelolaan bersama atau sharing.
Sebagai perbandingan, potensi wisata di kabupaten lain menunjukkan hasil yang jauh lebih signifikan. Kabupaten Sleman, misalnya, berhasil mengumpulkan pendapatan hingga Rp 151,265 miliar dari sektor pariwisata hingga akhir Juni 2024 (Antara, 12/07/2024). Kabupaten Sumedang mencatat PAD pariwisata sebesar Rp 32 miliar (Detik, 16/12/2024), sementara Kabupaten Gunung Kidul mencatat pendapatan Rp 132 miliar hingga Juli 2024 (gunungkidul.sorot.co, 16/07/2024). Dengan angka-angka tersebut, wajar jika target PAD pariwisata Sumenep memunculkan pertanyaan besar: mengapa pemerintah hanya menetapkan target yang relatif kecil?
Jejak Pendapat Warga: Apa yang Kurang dari Wisata Sumenep?
Langgampos mencoba menggali pendapat warga Sumenep yang peduli dengan perkembangan sektor pariwisata. Berikut adalah beberapa tanggapan yang mencerminkan keprihatinan masyarakat:
1. Fasilitas yang Tidak Memadai: Seorang warga menyampaikan, “Memang miris. Kita tidak punya daya tarik. Sektor pariwisata tidak dikelola dengan baik. Saya pernah jalan-jalan ke Pantai Slopeng. Di sana sepi, tidak ada yang bisa dinikmati selain laut dan perahu-perahunya. Sarana-prasarana juga sudah kusam. Siapa yang betah tinggal berlama-lama?”
Komentar ini menyoroti kurangnya sarana pendukung yang membuat wisatawan merasa nyaman dan betah berlama-lama di destinasi wisata. Infrastruktur yang buruk menjadi kendala utama dalam meningkatkan daya tarik wisata Sumenep.
2. Kurangnya Hiburan dan Penginapan: Pendapat lain menyebutkan, “Lombang, ya, saya sudah lama tidak ke pantai itu. Terakhir kali ke sana, saya langsung merasa bosan karena tidak bisa menikmati apa-apa selain makanan yang saya bawa sendiri. Agar wisata bahari menarik, harus ada sarana bermain dan penginapan yang layak. Belajarlah ke Wisata Bahari Lamongan.”
Pendapat ini menekankan perlunya pengembangan fasilitas rekreasi tambahan serta penginapan di sekitar destinasi wisata untuk menarik lebih banyak wisatawan, baik lokal maupun luar daerah.
3. Potensi Wisata Sejarah yang Terabaikan: Seorang warga lainnya mengkritik pengelolaan Museum Keraton Sumenep, “Museum Keraton Sumenep tempat sejarah, tapi malah ditempati orang ngantor. Gedung depan itu lebih baik dijadikan pusat kuliner berkualitas agar pengunjung tertarik datang.”
Ini menunjukkan bahwa pengelolaan wisata sejarah di Sumenep masih belum optimal, bahkan terkesan kurang mendukung potensi budaya yang seharusnya menjadi daya tarik utama.
Apa yang Perlu Dilakukan?
Melihat potensi besar yang dimiliki, pemerintah Kabupaten Sumenep perlu mengambil langkah strategis untuk meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:
Peningkatan Infrastruktur dan Fasilitas
Sarana-prasarana wisata perlu diperbaiki, mulai dari akses jalan hingga fasilitas pendukung seperti area parkir, toilet, dan tempat makan.
Diversifikasi Atraksi Wisata
Menambah hiburan seperti wahana permainan, pusat oleh-oleh, dan atraksi budaya untuk memperkaya pengalaman wisatawan.
Promosi yang Lebih Gencar
Kampanye wisata perlu ditingkatkan melalui media sosial, website, dan platform digital lainnya agar destinasi wisata Sumenep lebih dikenal luas.
Kolaborasi dengan Swasta
Menggandeng investor atau pihak swasta untuk mengelola objek wisata secara profesional, terutama yang saat ini masih belum dimaksimalkan.
Dengan langkah-langkah ini, sektor pariwisata Sumenep diharapkan dapat menjadi penggerak utama perekonomian daerah sekaligus meningkatkan target PAD di masa mendatang. Sebab, dengan potensi yang dimiliki, target Rp 847 juta tampaknya belum sepadan dengan apa yang bisa dicapai. Sumenep butuh komitmen lebih untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai primadona ekonomi daerah.
Apa yang Perlu Dilakukan?
Melihat potensi besar yang dimiliki, pemerintah Kabupaten Sumenep perlu mengambil langkah strategis untuk meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:
Peningkatan Infrastruktur dan Fasilitas
Sarana-prasarana wisata perlu diperbaiki, mulai dari akses jalan hingga fasilitas pendukung seperti area parkir, toilet, dan tempat makan.
Diversifikasi Atraksi Wisata
Menambah hiburan seperti wahana permainan, pusat oleh-oleh, dan atraksi budaya untuk memperkaya pengalaman wisatawan.
Promosi yang Lebih Gencar
Kampanye wisata perlu ditingkatkan melalui media sosial, website, dan platform digital lainnya agar destinasi wisata Sumenep lebih dikenal luas.
Kolaborasi dengan Swasta
Menggandeng investor atau pihak swasta untuk mengelola objek wisata secara profesional, terutama yang saat ini masih belum dimaksimalkan.
Dengan langkah-langkah ini, sektor pariwisata Sumenep diharapkan dapat menjadi penggerak utama perekonomian daerah sekaligus meningkatkan target PAD di masa mendatang. Sebab, dengan potensi yang dimiliki, target Rp 847 juta tampaknya belum sepadan dengan apa yang bisa dicapai. Sumenep butuh komitmen lebih untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai primadona ekonomi daerah.
(*)