langgampos.com – Harga cabai tiba-tiba meroket jelang Hari Raya Idul Fitri 2025, memicu kekhawatiran masyarakat. Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti, mengungkapkan bahwa lonjakan harga ini dipicu oleh gangguan cuaca yang berdampak pada produksi dan pasokan cabai di pasaran.
"Ini karena faktor cuaca. Memang itu sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan, tapi kami terus memantau perkembangannya," kata Roro saat ditemui di Jakarta, Senin (31/3/2025).
Menurutnya, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) terus berkoordinasi untuk mengatasi kenaikan harga ini, mengingat cabai termasuk komoditas prioritas yang diawasi ketat.
"Kami berkoordinasi dengan Bapanas karena ini salah satu fokus utama pemantauan. Harapannya, harga bisa stabil kembali," tambahnya.
Sementara itu, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melakukan survei pemantauan harga komoditas pangan di pasar tradisional dan modern menjelang Lebaran. Hasilnya, mayoritas bahan pokok mengalami kenaikan, namun stok masih tersedia.
Dua komoditas yang paling terdampak adalah cabai rawit dan bawang putih, yang harganya melonjak signifikan di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Meski demikian, kenaikan ini dinilai wajar karena tingginya permintaan jelang Idul Fitri, dan tidak ada indikasi praktik tidak sehat dalam distribusinya.
Eugenia Mardanugraha, Anggota KPPU, menjelaskan bahwa survei ini bertujuan memastikan harga dan ketersediaan pangan tetap terkendali, serta melindungi masyarakat dari spekulasi atau manipulasi harga.
"Pemantauan kami lakukan di pasar modern dan tradisional di tujuh wilayah, termasuk Medan, Surabaya, dan Makassar. Kami bandingkan harga dengan HET Bapanas serta tren sejak awal Ramadan," jelas Eugenia dalam keterangannya, Sabtu (29/3).
Dengan adanya pengawasan ketat ini, diharapkan harga cabai dan komoditas lainnya dapat stabil, sehingga masyarakat tetap bisa merayakan Lebaran tanpa terbebani lonjakan harga yang ekstrem.
Eugenia Mardanugraha, Anggota KPPU, menjelaskan bahwa survei ini bertujuan memastikan harga dan ketersediaan pangan tetap terkendali, serta melindungi masyarakat dari spekulasi atau manipulasi harga.
"Pemantauan kami lakukan di pasar modern dan tradisional di tujuh wilayah, termasuk Medan, Surabaya, dan Makassar. Kami bandingkan harga dengan HET Bapanas serta tren sejak awal Ramadan," jelas Eugenia dalam keterangannya, Sabtu (29/3).
Dengan adanya pengawasan ketat ini, diharapkan harga cabai dan komoditas lainnya dapat stabil, sehingga masyarakat tetap bisa merayakan Lebaran tanpa terbebani lonjakan harga yang ekstrem.
(*)