Notification

×

Iklan

Iklan

PT WUS Sumenep Tak Sumbang PAD Selama Dua Tahun, Sudah Sekaratkah?

March 26, 2025 Last Updated 2025-03-26T01:36:13Z
PT WUS Sumenep Tak Sumbang PAD Selama Dua Tahun

langgampos.com - Sumenep – BUMD PT Wira Usaha Sumekar (WUS) Sumenep yang awalnya diharapkan mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) tampaknya sedang tak baik-baik saja.

Konon BUMD tersebut sudah dua tahun tak ikut andil dalam meningkatkan PAD. Masyarakat pun dibuat penasaran dan bertanya-tanya, apakah perusahaan ini sedang sekarat?

Anggota Komisi II DPRD Sumenep, Masdawi, tampak heran sekaligus curiga. Ia menyoroti bahwa sektor minyak dan gas bumi (migas) yang dulunya jadi andalan primadona PT WUS kini tinggal sejarah.

Sementara di sisi lain, bisnis seperti SPBU masih beroperasi, namun tak bisa terlalu diharapkan keberadaannya dan hanya bisa digunakan untuk menyambung nyawa perusahaan.

"Kami di Komisi II tentu tidak akan begitu saja percaya dengan alasan klasik ‘hanya cukup untuk operasional’. Bisa saja ini karena usaha mereka memang sudah tidak jalan atau ada kebocoran yang tak kasatmata. Semua itu akan kami evaluasi agar jelas duduk perkaranya," tegas Masdawi dengan nada serius.

Yang lebih menarik dari peristiwa itu, meskipun setoran kepada PAD nihil, Pemkab Sumenep tampaknya tetap bersemangat menggelontorkan anggaran lewat raperda penyertaan modal PT WUS.

Artinya, ketika nanti raperda ini disahkan, pemkab harus membeli saham untuk memenuhi syarat pengelolaan participating interest (PI).

“Kalau pemkab mampu membayar, PT WUS bisa langsung mengelola PI tahun ini. Kalau tidak, ya ditunda tahun depan. Sesuai dengan kebiasaan: kalau tidak sekarang, ya nanti, kalau tidak nanti, ya entahlah,” seloroh Masdawi.

Saat ini, saham PT WUS masih terbagi dalam komposisi: 75,30 persen milik pemerintah daerah, 24,20 persen PT MMI, 0,45 persen Perumda Sumekar, dan 0,05 persen milik Agus Suryawan.

Dengan angka-angka itu, harapan untuk menguasai saham minimal 99 persen demi mengelola PI tampak seperti target yang menarik, meskipun kesuksesannya masih jadi misteri.

Direktur Utama PT WUS, Zainul Ubbadi, mengakui bahwa dividen tahun ini memang nihil.

“Pendapatan yang ada hanya cukup untuk biaya operasional. Tahun 2024 ini, kami hanya mendapatkan sekitar Rp 50 juta. Jelas tidak cukup untuk menutup operasional kami,” tegasnya tanpa menutup-tutupi.

Selain PI, PT WUS juga memiliki bisnis SPBU. Sayangnya, omzetnya tidak besar dan tiap tahun harus menghadapi biaya penyusutan aset.

Alhasil, perusahaan ini tetap merugi dan tak bisa membagikan hasil kepada para pemegang saham.

Tentu saja dengan kondisi seperti yang sekarang ini membuat publik mulai bertanya-tanya: apakah PT WUS ini perusahaan, atau eksperimen bertahan hidup dengan model keuangan yang revolusioner?

Ataukah ini hanya babak baru dalam drama panjang BUMD yang terlalu kuat untuk tutup, tapi terlalu lemah untuk berkembang?


(*)

close