Notification

×

Iklan

Iklan

Menteri Investasi Klaim LG Tak Cabut Total dan Justru Ingin Tambah Investasi di Indonesia

April 29, 2025 Last Updated 2025-04-29T11:52:21Z

LANGGAMPOST.COM - Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani menyampaikan bahwa perusahaan Korea Selatan, LG, tidak sepenuhnya mundur dari proyek pengembangan rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia.

Meski begitu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya telah mengeluarkan surat resmi bertanggal 31 Januari 2025 yang menyatakan berakhirnya keterlibatan LG, setelah proses negosiasi berjalan selama lima tahun tanpa kesepakatan final.

Sebagai langkah lanjutan, pemerintah Indonesia menggandeng perusahaan asal Tiongkok, Huayou, untuk melanjutkan proyek tersebut. Rosan menyebut Huayou akan membentuk joint venture baru dengan BUMN PT Industri Baterai Indonesia (IBC).

"Ingin saya sampaikan karena LG ini adalah suatu transaksi yang sangat-sangat besar. Strukturnya itu memang sangat-sangat kompleks, terbagi dalam 4 bagian dan setiap bagian ada joint venture sendiri ... Jadi, memang karena nilai ini sangat besar, partner-nya juga beda-beda," tutur Rosan.

Proyek baterai ini terbagi ke dalam empat joint venture (JV). Rosan menjelaskan bahwa LG telah mundur dari JV 1, 2, dan 3. Sementara itu, LG masih melanjutkan komitmen investasi di JV 4 yang difokuskan untuk pembangunan pabrik sel baterai di Karawang, Jawa Barat. Proyek ini dijalankan bersama Hyundai melalui PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power.

"Nah, itu (pabrik di Karawang) sudah selesai. Besok saya juga akan mengunjungi pabrik baterai itu," tegas Rosan dalam konferensi pers di Kantor BKPM, Selasa (29/4).

Investasi awal LG di JV 4 tercatat sebesar US$1,1 miliar atau sekitar Rp18,4 triliun. Rosan menyebut LG telah menyampaikan rencana untuk menambah investasi sebesar US$1,7 miliar, sehingga totalnya menjadi US$2,8 miliar atau sekitar Rp46,9 triliun.

"Justru mereka (LG) ingin menambah investasinya yang US$1,1 miliar itu mau ditambah lagi US$1,7 miliar (Rp28,5 triliun) untuk pengembangan (dan) expansion dari investasi tersebut. Jadi, yang ingin saya sampaikan bahwa komitmen dari LG itu tetap besar. Contoh konkretnya mereka akan investasi pengembangan dari joint venture nomor 4 ini," jelasnya.

Rosan juga menyampaikan bahwa jika seluruh tahapan pengembangan JV 4 terealisasi, nilai investasinya akan sesuai dengan target awal. Ia menyebut informasi tentang ekspansi ini memang baru diumumkan ke publik.

JV 1, yang tidak lagi dilanjutkan oleh LG, merupakan bagian hulu proyek, yaitu penambangan nikel, dengan PT Aneka Tambang (Antam) sebagai mitra mayoritas. Sementara JV 2 dan 3 mencakup proses pengolahan nikel menjadi nickel matte, nickel sulfate, prekursor, katoda, anoda, hingga pembuatan dan daur ulang baterai.

"Saya meyakini dengan LG ini, pengembangan yang ini (pabrik sel baterai) bisa terealisasi dengan cepat. Karena kami pun aktif juga berbicara dengan mereka. Mereka pun responsnya juga sangat positif. Sebenarnya (LG) sudah kembali bertemu lagi dengan pihak kami untuk pengembangan tahap kedua dari investasi di cell battery ini," kata Rosan.

Sebelumnya, LG juga dipastikan tidak lagi terlibat dalam Proyek Titan dengan nilai investasi mencapai 11 triliun won atau sekitar Rp130 triliun. Mengenai proyek tersebut, Rosan menyatakan bahwa keputusan pembatalan kerja sama berasal dari pihak pemerintah Indonesia.

"Justru mereka (LG) ingin menambah investasinya yang US$1,1 miliar itu mau ditambah lagi US$1,7 miliar (Rp28,5 triliun) untuk pengembangan (dan) expansion dari investasi tersebut. Jadi, yang ingin saya sampaikan bahwa komitmen dari LG itu tetap besar. Contoh konkretnya mereka akan investasi pengembangan dari joint venture nomor 4 ini," ulang Rosan.

(*)
close